Monday, 2024-05-06, 4:08 PM
Welcome, Guest
Main » 2010 » October » 21 » CTL ( Contextual Teaching and Learning )
3:46 PM
CTL ( Contextual Teaching and Learning )
A. Latar belakang

Ada kecendrungan dewasa ini untuk kembali pada pemikiran bahwa anak akan belajar lebih baik jika lingkungan diciptakan alamiah. Belajar akan lebih bermakna jika anak mengalami apa yang dipelajarinya, bukan memgetahuinya. Pembelajaran yang berorientasi pada penguasaan materi terbukti berhasil dalam kompetisi menggingat jangka pendek tetapi gagal dalam membekali anak memecahkan persoalan dalam kehidupan jangka panjang

Pendekatan kontektual (Contextual Teaching and Learning /CTL) merupakan konsep belajar yang membantu guru mengaitkan antara materi yang diajarkan dengan situasi dunia nyata siswa dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sebagai anggota keluarga dan masyarakat.

Dengan konsep itu, hasil pembelajaran diharapkan lebih bermakna bagi siswa. Proses pembelajaran berlansung alamiah dalam bentuk kegiatan siswa bekerja dan mengalami, bukan mentransfer pengetahuan dari guru ke siswa. Strategi pembelajaran lebih dipentingkan daripada hasil

Dalam kelas kontektual, tugas guru adalah membantu siswa mencapai tujuannya. Maksudnya, guru lebih banyak berurusan dengan strategi daripada memberi informasi. Tugas guru mengelola kelas sebagai sebuah tim yang bekerja bersama untuk menemukan sesuatu yang baru bagi anggota kelas (siswa). Sesuatu yang baru datang dari menemukan sendiri bukan dari apa kata guru.Begitulah peran guru di kelas yang dikelola dengan pendekatan kontekstual

B. Pemikiran tentang belajar

Pendekatan kontekstual mendasarkan diri pada kecenderungan pemikiran tentang belajar sebagai berikut.

1. Proses belajar

Belajar tidak hanya sekedar menghafal. Siswa harus mengkontruksi pengetahuan di benak mereka.

Anak belajar dari mengalami. Anak mencatat sendiri pola-pola bermakna dari pengetahuan baru, dan bukan diberi begitu saja oleh guru.

Para ahli sepakat bahwa pengetahuan yang dimiliki sesorang itu terorganisasi dan mencerminkan pemahaman yang mendalam tentang sesuatu persoalan.

Pengetahuan tidak dapat dipisah-pisahkan menjadi fakta-fakta atau proposisi yang terpisah, tetapi mencerminkan keterampilan yang dapat diterapkan.

Manusia mempunyai tingkatan yang berbeda dalam menyikapi situasi baru.

Siswa perlu dibiasakan memecahkan masalah, menemukan sesuatu yang berguna bagi dirinya, dan bergelut dengan ide-ide.

Proses belajar dapat mengubah struktur otak. Perubahan struktur otak itu berjalan terus seiring dengan perkembangan organisasi pengetahuan dan keterampilan sesorang.

2. Transfer Belajar

Siswa belajar dari mengalami sendiri, bukan dari pemberian orang lain.

Keterampilan dan pengetahuan itu diperluas dari konteks yang terbatas (sedikit demi sedikit)

Penting bagi siswa tahu untuk apa dia belajar dan bagaimana ia menggunakan pengetahuan dan keterampilan itu

3. Siswa sebagai Pembelajar

Manusia mempunyai kecenderungan untuk belajar dalam bidang tertentu, dan seorang anak mempunyai kecenderungan untuk belajar dengan cepat hal-hal baru.

Strategi belajar itu penting. Anak dengan mudah mempelajari sesuatu yang baru. Akan tetapi, untuk hal-hal yang sulit, strategi belajar amat penting.

Peran orang dewasa (guru) membantu menghubungkan antara yang baru dan yang sudah diketahui.

Tugas guru memfasilitasi agar informasi baru bermakna, memberi kesempatan kepada siswa untuk menemukan dan menerapkan ide mereka sendiri, dan menyadarkan siswa untuk menerapkan strategi mereka sendiri.

4. Pentingnya Lingkungan Belajar

Belajar efektif itu dimulai dari lingkungan belajar yang berpusat pada siswa. Dari guru akting di depan kelas, siswa menonton ke siswa akting bekerja dan berkarya, guru mengarahkan.

Pengajaran harus berpusat pada bagaimana cara siswa menggunakan pengetahuan baru mereka.Strategi belajar lebih dipentingkan dibandingkan hasilnya.

Umpan balik amat penting bagi siswa, yang berasal dari proses penilaian yang benar.

Menumbuhkan komunitas belajar dalam bentuk kerja kelompok itu penting.

C. Hakekat Pembelajaran Kontekstual

Pembelajarn kontekstual (Contextual Teaching and learning) adalah konsep belajar yang membantu guru mengaitkan antara materi yang diajarkannya dengan situasi dunia nyata siswa dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sehari-hari, dengan melibatkan tujuh komponen utama pembelajaran efektif, yakni: konstruktivisme (Constructivism), bertanya (Questioning), menemukan ( Inquiri), masyarakat belajar (Learning Community), pemodelan (Modeling), dan penilaian sebenarnya (Authentic Assessment)

D. Pengertian Pembelajaran Kontekstual

Merupakan suatu proses pendidikan yang holistik dan bertujuan memotivasi siswa untuk memahami makna materi pelajaran yang dipelajarinya dengan mengkaitkan materi tersebut dengan konteks kehidupan mereka sehari-hari (konteks pribadi, sosial, dan kultural) sehingga siswa memiliki pengetahuan/ keterampilan yang secara fleksibel dapat diterapkan (ditransfer) dari satu permasalahan /konteks ke permasalahan/ konteks lainnya.

Merupakan konsep belajar yang membantu guru mengkaitkan antara materi yang diajarkannya dengan situasi dunia nyata dan mendorong pebelajar membuat hubungan antara materi yang diajarkannya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sebagai anggota keluarga dan masyarakat

E. Perbedaan Pendekatan Kontekstual dengan Pendekatan Tradisional

Kontekstual

Menyandarkan pada pemahaman makna.

Pemilihan informasi berdasarkan kebutuhan siswa.

Siswa terlibat secara aktif dalam proses pembelajaran.

Pembelajaran dikaitkan dengan kehidupan nyata/masalah yang disimulasikan.

Selalu mengkaitkan informasi dengan pengetahuan yang telah dimiliki siswa.

Cenderung mengintegrasikan beberapa bidang.

Siswa menggunakan waktu belajarnya untuk menemukan, menggali, berdiskusi, berpikir kritis, atau mengerjakan proyek dan pemecahan masalah (melalui kerja kelompok).

Perilaku dibangun atas kesadaran diri.

Keterampilan dikembangkan atas dasar pemahaman.

Hadiah dari perilaku baik adalah kepuasan diri. yang bersifat subyektif.

Siswa tidak melakukan hal yang buruk karena sadar hal tersebut merugikan.

Perilaku baik berdasarkan motivasi intrinsik.

Pembelajaran terjadi di berbagai tempat, konteks dan setting.

Hasil belajar diukur melalui penerapan penilaian autentik.

Tradisional

Menyandarkan pada hapalan

Pemilihan informasi lebih banyak ditentukan oleh guru.

Siswa secara pasif menerima informasi, khususnya dari guru.

Pembelajaran sangat abstrak dan teoritis, tidak bersandar pada realitas kehidupan.

Memberikan tumpukan informasi kepada siswa sampai saatnya diperlukan.

Cenderung terfokus pada satu bidang (disiplin) tertentu.

Waktu belajar siswa sebagian besar dipergunakan untuk mengerjakan buku tugas, mendengar ceramah, dan mengisi latihan (kerja individual).

Perilaku dibangun atas kebiasaan.

Keterampilan dikembangkan atas dasar latihan.

Hadiah dari perilaku baik adalah pujian atau nilai rapor.

Siswa tidak melakukan sesuatu yang buruk karena takut akan hukuman.

Perilaku baik berdasarkan motivasi entrinsik.

Pembelajaran terjadi hanya terjadi di dalam ruangan kelas.

Hasil belajar diukur melalui kegiatan akademik dalam bentuk tes/ujian/ulangan.

F. Penerapan Pendekatan Kontekstual Di Kelas

Pembelajaran Kontekstual dapat diterapkan dalam kurikulum apa saja, bidang studi apa saja, dan kelas yang bagaimanapun keadaannya. Pendekatan Pembelajaran Kontekstual dalam kelas cukup mudah. Secara garis besar, langkahnya sebagai berikut ini.

Kembangkan pemikiran bahwa anak akan belajar lebih bermakna dengan cara bekerja sendiri, dan mengkonstruksi sendiri pengetahuan dan keterampilan barunya

Laksanakan sejauh mungkin kegiatan inkuiri untuk semua topik

kembangkan sifat ingin tahu siswa dengan bertanya.

Ciptakan masyarakat belajar.

Hadirkan model sebagai contoh pembelajaran

Lakukan refleksi di akhir pertemuan

Lakukan penilaian yang sebenarnya dengan berbagai cara

G. Tujuh Komponen Pembelajaran Kontekstual

1. Konstruktivisme

Membangun pemahaman mereka sendiri dari pengalaman baru berdasar pada pengetahuan awal.

Pembelajaran harus dikemas menjadi proses "mengkonstruksi” bukan menerima pengetahuan

2. Inquiry

Proses perpindahan dari pengamatan menjadi pemahaman.

Siswa belajar menggunakan keterampilan berpikir kritis

3. Questioning (Bertanya)

Kegiatan guru untuk mendorong, membimbing dan menilai kemampuan berpikir siswa.

Bagi siswa yang merupakan bagian penting dalam pembelajaran yang berbasis inquiry

4. Learning Community (Masyarakat Belajar)

Sekelompok orang yang terikat dalam kegiatan belajar.

Bekerjasama dengan orang lain lebih baik daripada belajar sendiri.

Tukar pengalaman.

Berbagi ide

5. Modeling (Pemodelan)

Proses penampilan suatu contoh agar orang lain berpikir, bekerja dan belajar.

Mengerjakan apa yang guru inginkan agar siswa mengerjakannya

6. Reflection ( Refleksi)

Cara berpikir tentang apa yang telah kita pelajari.

Mencatat apa yang telah dipelajari.

Membuat jurnal, karya seni, diskusi kelompok

7. Authentic Assessment (Penilaian Yang Sebenarnya)

Mengukur pengetahuan dan keterampilan siswa.

Penilaian produk (kinerja).

Tugas-tugas yang relevan dan kontekstual

H. Karakteristik Pembelajaran Kontekstual

Kerjasama

Saling menunjang

Menyenangkan, tidak membosankan

Belajar dengan bergairah

Pembelajaran terintegrasi

Menggunakan berbagai sumber

Siswa aktif

Sharing dengan teman

Siswa kritis guru kreatif

Dinding dan lorong-lorong penuh dengan hasil kerja siswa, peta-peta, gambar, artikel, humor dan lain-lain

Laporan kepada orang tua bukan hanya rapor tetapi hasil karya siswa, laporan hasil pratikum, karangan siswa dan lain-lain

I. Menyusun Rencana Pembelajaran Berbasis Kontekstual

Dalam pembelajaran kontekstual, program pembelajaran lebih merupakan rencana kegiatan kelas yang dirancang guru, yang berisi skenario tahap demi tahap tentang apa yang akan dilakukan bersama siswanya sehubungan dengan topik yang akan dipelajarinya. Dalam program tercermin tujuan pembelajaran, media untuk mencapai tujuan tersebut, materi pembelajaran, langkah-langkah pembelajaran, dan authentic assessmennya.

Dalam konteks itu, program yang dirancang guru benar-benar rencana pribadi tentang apa yang akan dikerjakannya bersama siswanya.

Secara umum tidak ada perbedaan mendasar format antara program pembelajaran konvensional dengan program pembelajaran kontekstual. Sekali lagi, yang membedakannya hanya pada penekanannya. Program pembelajaran konvensional lebih menekankan pada deskripsi tujuan yang akan dicapai (jelas dan operasional), sedangkan program untuk pembelajaran kontekstual lebih menekankan pada skenario pembelajarannya.

Atas dasar itu, saran pokok dalam penyusunan rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) berbasis kontekstual adalah sebagai berikut.

Nyatakan kegiatan pertama pembelajarannya, yaitu sebuah pernyataan kegiatan siswa yang merupakan gabungan antara Standar Kompetensi, Kompetensi dasar, Materi Pokok dan Pencapaian Hasil Belajar.

Nyatakan tujuan umum pembelajarannya.

Rincilah media untuk mendukung kegiatan itu

Buatlah skenario tahap demi tahap kegiatan siswa

Nyatakan authentic assessmentnya, yaitu dengan data apa siswa dapat diamati partisipasinya dalam pembelajaran.


Sumber : Fisika Tienka

Category: Seputar Pendidikan | Views: 1216 | Added by: mgmpfis | Tags: CTL, contextual, Teaching, Learning | Rating: 0.0/0
Total comments: 2
2 Angel  
0
Dear Freda:First, I want to thank all our friends who vote with what they buy. Without their fatfihul supports, Third Place will not even exist. Third Place will have her historical significance in Taiwan's Salon and Spa industry.Third Place is the first Salon and Spa in Taiwan that don't use fear based and distrust based Commission System to reward hairstylists or Spa aestheticians. People told me that I am crazy to trust young hairstylists will work for non-commission. All hairstylists got into this profession for money, not for their passion or service from heart. I just want to prove to them that they are wrong. People want to be trusted and wanted to participate in something larger than themselves. Of course, we have a merit based salary with open book management and 20% profit sharing and a different career paths for all our hairstylists. They can open their own salons and stay within our network, they can become a teacher at Canmeng Institute or they can be a happy hairstylists who practice Daymaking everyday with their best friends ( guests ). Hairstylist is a beautiful and rewarding profession if you decided not to put money in the center of your career path. In Canmeng, we are trying to create a new beauty industry which is not built on commission, but on lifestyle choice and Daymaking. Time really flies, especially, during our age.I intend to focus my time on Ripplemaker Foundation starting in 2013.Ripplemaker Foundation's mission is to help people to realize their dream through entrepreneurship. I firmly believe people don't need charity, people just need chance.In many ways, Ripplemaker Foundation is like a Profit for Purpose ( PFP ) business. Ripplemaker Foundation will be financed completely by my own efforts, not seeking any donation or government fund. I think this is the problem for most NPO who needs donors, sponsors and grants to survive. I think PFP business is the next phase, in addition to the buzz business model: Social Business or Social entrepreneur.If you read my book or search this blog, you will find the origin and the evolution of this PFP Business model.Well, I am going to put it into experiment now. ( Red Room is actually a kind of PFP business model already, if you look closely. )Thank you for your well wishes. I shall need it.Ping

1 Nassime  
0
zoel on April 18, 2009 Untuk membuat web ngaedn cepat sebenarnya ada, tapi kita harus terlebih dahulu menentuka website yang bagai mana yang mau dihasilkan? yang sesaui ngaedn keinginan kita, sesaui ngaedn keinginan kita tetapi dipandu oleh mesin pembuat atau tinggal pakai meskipun tidak sesuai ngaedn keinginan kita.Sekarang banyak layanan gratis dan cepat untuk pembuatan website termasuk hostingnya, misal wordpress.com dan blogger.com atau multiply.com, mereka adalah layanan pembuatan web yang cepat tetapi pengguna diajak membuat web ngaedn metode dipandu oleh mesin karena sudah ada theme yang disediakan meskipun bisa diedit tapi tidak seleluas kalau kita membuatnya sendiri . Kalau yang lain kita bisa gunakan theme dari dreamweaver atau frontpage dari microsoft atau cari theme/template di internet yang gratis atau berbayar tinggal kita edit sesaui kebutuhan kita maka sebuah web akan tercipta.Kalau kita membeli sebuah hosting biasanya ada yang disebut ngaedn fasilitas fantastico dimana didalam layanan itu terdapat banyak aplikasi web yang bersifat GPL dan ini siap pakai, dan tambahannya kita bisa mengedit themenya sesuka kita ngaedn catatan kita tau cara merubahnya jadi sedikit lebih leluas dari pada yang sebelumnya.Model yang lain adalah dimana kita benar-benar membuat web tersebut dari nol, jadi semua kita buat sendiri, programming dan design semua sesaui keinginan kita dan ini biasanya tergantung kitanya kalau kita memang expert biasanya cepat buatnya tapi kalau tidak ya sebaliknya atau sesuai ngaedn mood Bicara masalah keahlian maka kalau menurut saya, seorang webdesigner harus memiliki kemampuan seni yang baik terutama berhubungan ngaedn desain web karena akan berhubungan ngaedn kemampuan merancang tataletak, layout, komposisi warna dan penggunaan tools design. Kemampuan menggunakan bahasa dasar pemerogramman web juga harus dikuasai yaitu minimal HTML dan lebih baik lagi jika menguasai javascripts, css, php dan yang lainnya . Satu lagi menurut saya mungkin ini suplemen saja yaitu mempelajari ilmu interaksi manusia dan komputer, kenapa? karena ngaedn demikian kita bisa membuat web yang benar2 user friendly dan mudah untuk dipahami oleh pengguna tidak menjemukan .Tools / Software :1. Soft Design : Adobe PhotoShop, Gimp, PhotoImpact, more..2. Soft Editing Web : Adobe Dreamweaver, Notepad++, TopStyle (css edit), more Mungkin itu yang bisa saya share

Name *:
Email *:
Code *: