Setelah
pulang dari pelatihan pemanfaatan Teknologi Informasi dan Komunikasi
(TIK) dalam pembelajaran, tampaknya Pak Ali semakin semangat menggunakan
laptop di dalam kelas. Hampir semua materi dia sampaikan menggunakan
senjata barunya, laptop dan projector. Tidak henti-hentinya pak Ali menekan tombol next dan dengan semangat menjelaskan dari slide satu ke slide
yang lain. Matanya sekali-kali melirik layar bergantian dengan
pandangannya kepada murid-muridnya. Setelah itu pak Ali memberikan
alamat link untuk pembelajaran lanjutan agar murid-muridnya dapat menggali lebih banyak tentang materi yang disampaikan.
Pak Ali diberitahukan oleh pelatih pada
saat pelatihan bahwa dengan memanfaatkan TIK, pembelajaran jadi lebih
menyenangkan dan materi bisa disampaikan dengan lebih cepat. Memang
itulah yang pak Ali dapatkan pada saat memberikan materi di kelas.
Namun, ketika tiba waktu evaluasi hasil belajar, pak Ali merasa heran
dengan perolehan nilai muridnya. Sepertinya dengan memanfaatkan TIK
dalam pembelajaran tidak terjadi perubahan signifikan dalam perolehan
nilai muridnya, bahkan dalam beberapa materi terjadi penurunan nilai
dibandingkan ketika pak Ali belum memanfaatkan TIK dalam pembelajaran.
Seperti halnya pendidik yang baik, pak Ali melakukan refleksi
pengajaran yang dia lakukan. Dia menyadari bahwa selama memanfaatkan TIK
dalam pembelajaran, fokus pembelajaran bukan lagi kepada muridnya
tetapi lebih kepada slide yang ditampilkan di depan kelas. Murid tidak lagi aktif, tetapi cenderung lebih pasif. Pembelajaran bukan lagi student centered, bukan juga teacher centered, tetapi lebih kepada slide centered.
Pelatihan yang didapatkan pak Ali
diharapkan dapat mendorong pemanfaatan TIK dalam pembelajaran. Namun
ada satu komponen yang kurang diperhatikan dalam sebuah kegiatan belajar
mengajar di dalam kelas, padahal komponen ini adalah komponen yang
paling utama dalam pembelajaran, yakni peserta didik. Sudah siapkah
peserta didik memanfaatkan TIK dalam pembelajaran/eLearning?
Untuk mengetahui sampai sejauh mana
kesiapan peserta didik dalam memanfaatkan TIK dalam pembelajaran,
tanyakan terlebih dahulu kepada peserta didik hal berikut:
-
Sampai sejauh mana mereka menguasai teknologi yang dipakai dalam pembelajaran.
Sebagai contoh: Apakah peserta didik tahu bagaimana menjalankan file
animasi di komputer mereka? Plugin apa saja yang diperlukan (Flash,
Real Media, Shockwave, PDF)?
-
Pengalaman mereka dengan pembelajaran berbasis TIK atau eLearning.
Sebagai contoh: Apakah peserta didik pernah mendapatkan pembelajaran
eLearning sebelumnya? Apa saja masalah dan tantangan yang mereka
hadapi? Kecakapan belajar apa saja yang diperoleh dengan memanfaatkan
eLearning?
-
Harapan mereka dengan adanya pembelajaran berbasis TIK. Sebagai contoh: Pengetahuan atau kecakapan apa yang diharapkan dengan mengikuti pembelajaran berbasis TIK?
-
Waktu yang tersedia.
Sebagai contoh: Berapa jam per hari atau per minggu yang tersedia
bagi peserta didik untuk membuka tautan/link untuk pembelajaran
mandiri? Bagaimana komitmen peserta didik untuk melakukan pembelajaran online?
-
Kemudahan mereka dalam mendapatkan akses teknologi dan/atau internet.
Sebagai contoh: Apakah peserta didik dapat mengakses internet di luar
sekolah? Bagaimana cara mengaksesnya? Apakah di rumah atau di warnet?
Apakah terdapat komputer yang dapat digunakan untuk pembelajaran
online?
-
Kenyamanan mereka menggunakan komunikasi synchronous dan asynchronous. Sebagai
contoh: Apakah peserta didik merasa nyaman dengan melakukan komunikasi
melalui chatting dan email atau forum diskusi? Apakah sebelumnya
peserta didik pernah mengikuti forum diskusi online?
-
Bantuan teknis yang dapat diperoleh.
Sebagai contoh: Apakah terdapat anggota keluarga mereka yang mampu
membantu pada saat terjadi problem teknis dengan komputer yang sedang
digunakan? Apakah terdapat kontak technical support ISP apabila
internet tidak dapat diakses?
Sun Tzu dalam Art of War, mengatakan "If you know your enemy and know yourself, you need not fear the results of a hundred battles.” Sama halnya dalam
pembelajaran, seorang pendidik harus mengetahui kondisi dirinya dan
kondisi peserta didik untuk memperoleh hasil pembelajaran yang optimal.
Seringkali yang dilakukan pendidik lebih pada kesiapannya mengajar di
depan kelas, dan bukan kesiapan peserta didik. Dengan melakukan analisa peserta didik terlebih dahulu, pak Ali dapat memenangkan pertempuran.
Sumber : DBE3eLearning
|